Kisah Tinker bell Peterpan dan Wendy

.

“If there ever comes a day, when we can’t be together, keep me in your heart. I’ll stay there, forever.”—Disney quotes.

AZALEA

.

Wendy Peterpan Tinkerbell
"Apakah mereka hidup bahagia selamanya?"

"tidak!!"

"Mengapa? Saya pikir mereka saling mencintai."

"Ya mereka memang saling mencintai,tapi itu bukan berarti mereka akan berakhir dengan bahagia bersama sama selamanya
Mengapa? Apa yang terjadi?

"Wendy memilih meninggalkan Neverland
Dia memilih keluarga nya dari pada hidup dengan peter. Peter membiarkan wendy pergi dan bahkan menemani wendy kembali kerumah.

"Apa yang terjadi berikut nya?
Sebelum peter kembali ke neverland
Wendy bertanya pada peter, apakah kau akan datang lagi kesini?.

"Peter berkata iya karena peter ingin menceritakan lebih lengkap kisah nya tentang peter dan bajak laut, setelah itu peterpan kembali ke neverland bersama tinker bell.
"Tapi peterpan tidak pernah datang lagi kerumah wendy!.

*Ya ini adalah bagian tersedih di Kisah mereka*

"Wendy menunggu peterpan, tapi Peterpan tidak pernah muncul lagi bahkan hanya bayangannya.

"Wendy semakin dewasa dan menikah.
Wendy menceritakan kisah peterpan dan kapten hook(bajak laut) kepada anak dan cucu cucunya,
Wendy masih menunggu peter muncul.

"Dalam Hal ini apakah peter memilih tinker bell sebagai ganti nya

"Tidak! Dia memilih Neverland dia memilih rumah nya tapi hati nya akan selalu memilih wendy'.

"Oh jadi mereka tidak bisa berkorban untuk bersama sama?

"Ya wendy memilih keluarga nya dan tidak bisa meninggalkan keluarganya begitu juga peter dia tidak bisa meninggalkan neverland,

"Jadi mereka memilih untuk hanya berpisah Dan bagaimana dengan tinker bell?

"Dia tetap berteman dengan peterpan meskipun dia mencintai peter dengan tulus.

"jadi tiga karakter yang berakhir sengsara

"Mengapa?

"Karena mereka tidak di pilih oleh orang yang mereka cintai.

Kisah cinta Peterpan wendy dan Tinkerbell meninggalkan luka yang dalam bagi penikmat cerita mereka. Mengenai cinta sepihak Tinkerbell. Tinker yang terlanjur mencintai sahabatnya. Tentang Peterpan yang terus mengikat Tinkerbell tanpa memikirkan perasaan Tinker. Sedangkan Peter, ia dengan bebas mencintai Wendy. Namun, dalam kisah Peter dan Tinker versiku tidak seperti itu. Peter tak pernah mengikat Tinker. Tinker-lah yang terlalu takut Peter akan meninggalkannya suatu saat nanti. Justru Tinker-lah yang ingin mengikat Peter, tapi akan tetap membiarkannya bebas mencintai Wendy.

“Kau dan aku tidak ditakdirkan untuk berada dalam satu kisah yang indah. Percaya atau tidak, begitulah kenyataannya. Jangan menyangkalnya, karena akan sia-sia. Sama seperti berjalan di atas pecahan kaca, setiap langkah kita sesungguhnya hanya akan menuai luka.”—Goodbye Happiness.

Benar…, aku dan dirinya tidak ditakdirkan untuk berada dalam satu kisah yang indah melebihi warna-warni cerita pertemanan. Karena hubungan kami akan terabadikan sebagai teman. Hanya teman, sulit untuk menjadi lebih mungkin tak akan pernah. Dan, aku tidak ingin membantah kenyataan itu. Di setiap harapku hanya menoreh setitik luka yang perlahan semakin menumpuk. Menyebar dan membentuk lubang besar di hatiku.

Sekarang aku baru menyadari bahwa, Tinker dalam versiku jauh lebih menyedihkan. Bermimpi bisa mengikat Peter agar selalu berada di sisinya. Namun, pagi membangunkannya dari mimpinya. Ia tidak bisa, Tinkerku tidak bisa melakukan itu. Walau pun ia sangat ingin.

“Kau dan aku seperti tengah mencoba untuk membirukan senja yang selalu merah. Kita sama-sama berusaha, tetapi tidak mengubah apa-apa. Senja tetap berwarna merah dan hatiku masih saja berkata tidak. Maka, berhenti dan renungkanlah ini semua sejenak. Tidak ada gunanya memaksa. Ini hanya akan membuatmu tersiksa dan aku menderita.”—Goodbye Happiness.

Tidak, bukan kau dan aku. Tapi hanya aku. Ya, hanya aku yang berusaha keras mengubah warna senja, dan aku tidak berhasil melakukannya. Karena senja memang berwarna merah, tidak akan pernah berubah menjadi biru, hijau, pink, atau warna lainnya. Senja tetaplah senja yang merah membungkus dunia ketika masanya tiba. Maka, sekalipun aku tidak bisa mengubah warna senja, aku berharap suatu saat senja lainnya akan datang membungkus hatiku.

Ibaratkan senja adalah perasaannya. Aku sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk mengubahnya. Hatinya telah lama beku di tahun-tahun musim dingin sebelumnya. Sedangkan aku bukanlah musim panas yang mampu melelehkan bekuan hatinya. Aku hanyalah gadis biasa yang hanya bisa terus menunggu. Menunggu bekuan itu meleleh, atau menunggu cintaku lapuk diterpa angin empat musim.

Maka, kuputuskan untuk berhenti dan merenungkan segalanya sejenak. Bercermin pada perasaanku sendiri. Dan aku menyadarinya, cinta adalah hal yang tidak dapat dipaksakan. Jika tetap dipaksa, maka hanya akan ada rasa sakit yang menyiksa. Membuatku menjalani hari dengan sejuta derita cinta. Bukankah memang sejak awal aku tak pernah mengharapkan balasan mengenai perasaanku? Ya, aku memang tidak membutuhkannya, hari ini, esok, dan seterusnya.

Layaknya sebuah perahu kecil yang berlayar di tengah lautan dengan ombak yang menggigit. Kubiarkan perahuku berhenti di tengah-tengah laut. Menunggu ombak menyapu perahu kecilku, dan menenggelamkanku bersama perahuku hingga ke dasar laut di mana tak akan ada lagi rasa sakit. Karena…, cintaku ternggelam bersama perahu kecil itu. Terhisap oleh dasar laut yang gelap akan cahaya.

“Lantas, kenapa kita tidak menyerah saja? Bukankah sejak awal semuanya sudah jelas? Akhir bahagia bukanlah milik kita”—Goodbye Happiness.

Bukan kita, tapi aku. Benar, kenapa aku tak menyerah saja? Kenapa aku terus berharap. Memimpikan ia berlari ke arahku dan meninggalkan cintanya di belakang sana. Tidak mungkin, bukan? Sejak awal semuanya sudah jelas. Ia bukan untukku. Ia adalah seseorang yang terlalu mustahil ditakdirkan berada dalam satu perasaan yang sama denganku. Sudah sangat jelas bahwa irama jantung kami berbeda. Lalu apa yang kuharapkan? Yang kuharapkan adalah keajaiban. Keajaiban yang mampu meluluh-lantahkan perasaanku padanya. Atau…, keajaiban yang mampu mengubah takdir antara aku dan dirinya. Mengubah kata teman menjadi sesuatu yang lebih spesial.

Peter Pan, bantu Tinkerbell menghapus perasaannya padamu. Layaknya air yang mencapai suhu 100°, bantu Tinker menyusutkan suhu air itu hingga sampai pada 0°. Sama seperti kali pertama kalian mulai berteman…

Peterku, semoga bahagia bersama Wendymu, jaga ia, jangan biarkan ia terluka…

—Tinker